Gender Dysphoria, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Gender dysphoria adalah suatu kondisi psikologis yang kerap dialami oleh transgender, meskipun tidak semua transgender mengalaminya.

Dysphoria merupakan kebalikan dari euphoria yang mengarah pada perasaan bahagia, dysphoria adalah perasaan tidak tenang dan tidak puas secara mendalam. Lalu, apa yang menjadi penyebab gender dysphoria dan bagaimana gejalanya?

Mengenal Gender Dysphoria

Disforia gender atau gender dysphoria adalah kondisi psikologis yang menyebabkan seseorang mengalami rasa tidak nyaman atau tertekan karena terdapat ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dengan identitas gender mereka. Kondisi ini dikenal juga dengan gangguan identitas gender.

Jenis kelamin dan identitas gender merupakan dua hal yang berbeda. Jenis kelamin didapatkan seseorang sejak lahir tergantung penampilan alat genitalnya. Sedangkan identitas gender adalah jati diri jenis kelamin yang dipercaya oleh individu tersebut.

Dalam kasus disforia gender, individu yang merasa jenis kelamin biologis yang dibawanya sejak lahir tidak cocok dengan identitas gendernya. Hal inilah yang mungkin menjadi alasan pengidap gender dysphoria ingin menjalani operasi ganti kelamin atau yang disebut dengan istilah transgender.

Gender dysphoria bukanlah penyakit mental, melainkan kondisi medis yang diakui dunia kesehatan melalui DSM-5. Tidak semua transgender mengalami gender dysphoria. Beberapa diantaranya mungkin tidak tidak merasa terbebani karena memiliki gender yang berbeda dari jenis kelamin yang dibawanya sejak lahir.

Baca juga: Acarbose untuk apa?

Gejala Gender Dysphoria

Gejala awal gender dysphoria dapat muncul sejak pengidapnya masih kecil, bahkan di usia 2-3 tahun. Berikut adalah gejala gender dysphoria yang muncul pada anak-anak:

  • Secara konsisten merasa dirinya laki-laki meskipun memiliki jenis kelamin biologis perempuan dan sebaliknya
  • Menolak pakaian maupun mainan yang tidak sesuai dengan identitas gendernya
  • Menolak cara buang air kecil sesuai jenis kelamin biologisnya
  • Merasa tertekan dengan perubahan tubuhnya ketika mengalami pubertas
  • Membahas tentang keinginan untuk operasi ganti kelamin

Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, gender dysphoria ditandai dengan gejala berikut ini:

  • Merasa jenis kelamin biologisnya tidak sesuai dengan identitas gendernya
  • Tidak menyukai alat kelamin yang dimiliki, sehingga membuatnya menolak untuk mandi, ganti baju hingga menolak berhubungan seksual
  • Memiliki keinginan yang kuat untuk menghilangkan alat kelamin dan ciri-ciri biologisnya
  • Seseorang akan didiagnosa dengan gender dysphoria jika gejala-gejala tersebut dirasakan selama 6 bulan atau lebih

Penyebab Gender Dysphoria

Menurut National Health Service, gender dysphoria dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis langka, seperti:

  • Interseks

Kondisi ini dapat tejadi jika bayi memiliki perbedaan antara alat kelamin eksternal dan alat kelamin internal (testis dan ovarium). Kondisi ini disebut juga hermafrodit.

  • Hiperplasia adrenal kongenital

Kondisi ini terjadi ketika kadar hormon pria di dalam janin perempuan terlalu tinggi. Ketika terlahir, anak mungkin akan merasa dirinya adalah laki-laki, bukan perempuan.

  • Sindrom ketidakpekaan androgen

Dalam kondisi ini, gender dysphoria memiliki potensi muncul akibat hormon yang tidak bekerja secara baik di dalam rahim, yaitu ketika bayi masih di dalam kandungan ibu.

  • Hormon tambahan

Hormon tambahan ini bisa terjadi di dalam rahim ibu, akibat dari konsumsi obat-obatan tertentu ketika mengandung, hal ini dapat menjadi salah satu penyebab gender dysphoria.Jadi, gender dysphoria adalah kondisi medis yang menyebabkan penderitanya merasa tertekan dengan identitas gendernya. Kondisi ini bukanlah penyakit mental, melainkan kondisi medis yang diakui oleh dunia kedokteran. Salah satu penanganan bagi anak atau seseorang yang mengidap gender dysphoria adalah dengan penanganan secara psikologis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*